Entri Populer

Selasa, 01 Januari 2013

Komunitas 'Perantauan'



Entah kenapa kata "merantau" lebih 'merakyat daripada kata 'bertugas'. Sebuah kosa kata yang sengaja saya pilih untuk menjelaskan apa itu" Bright Care Community". Sebuah komunitas yang dicetuskan oleh  Mas Bro Febrian Wahyu Hersanto, salah satu diantara founder komunitas tersebut. Pengalamannya di tiga perusahaan besar swasta ini ternyata berbuah ide brilian. Meninggalkan perusahaan yang lama itu karena dua alasan, karena agama dan passion. Semoga tahun depan dapat membawa perubahan di Badan Pertanahan Nasional (BPN) di tempat 'perantauannya yang baru, Bengkulu. Beberapa Founder yang lain adalah Dieta Puspitasari dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Taufik Adi dari Bakrie Telecom, Erika Rovita Maharani dari Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU), Mas Asep dari PT WIKA, dll.



Dulu sempat agak bingung dengan konsep komunitas ini. Apakah mau seperti yayasan atau LSM atau Ormas, atau hanya kumpul-kumpul ga jelas arah dan tujuannya. Kemudian setelah kami bertukar pendapat, akhirnya terbentuklah semacam konsensus. Kami ternyata memiliki Visi dan Misi yang sama. Visi kami kurang lebih ingin Kabupaten Karanganyar ini maju. Misi kami adalah menjadi katalis, fasilitator, dan partner pemerintah serta masyarakat untuk membangun Karanganyar.

Komunitas ini beranggotakan 100 orang dan semuanya adalah tenaga ahli di bidangnya masing-masing. Hampir 95% 'meninggalkan' Kabupaten Karanganyar yang tercinta untuk tugas negara dan instansinya masing-masing. Kami kemudian berpikir, apakah Karanganyar hanya tempat numpang lahir dan menghabiskan masa-masa sekolah? Karanganyar tidak mendapatkan apa-apa dari keahlian maupun nilai tambah setelah kami 'terjun' ke dunia kerja. Salah satu masalah pembangunan di Indonesia adalah urbanisasi dan stagnasi pembangunan desa. Barangkali pertumbuhan ekonomi itu hanya atau paling tidak sebagian besar tumbuh di kota. Di Desa saya sendiri, demografi penduduknya sebagian besar dihuni oleh para janda dan orang-orang tua. Anak mudanya ke mana? Mereka lebih suka pergi ke kota karena lebih mudah untuk mendapatkan uang.

Kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya memang menjanjikan 'mimpi indah'. Di sana jualan mudah. Di sisi lain, membelanjakan uang juga mudah. Jadi inilah yang sebenarnya menyebabkan kenapa biaya hidup di kota jadi relatif lebih mahal daripada di desa. Perputaran uang relatif jauh lebih tinggi daripada di desa. Hukum supply makes demand terbukti di kota. Bayangkan, di setiap sudut jalan ada minimarket, mall-mall dan toserba ada di setiap kecamatan. Sebenarnya, ada dua hal yang menyebabkan biaya hidup di kota jauh lebih mahal (1) biaya tempat tinggal (2) biaya makan. Sehingga untuk menghemat biaya hidup adalah membeli/membangun rumah dan memasak sendiri. Itu lah mengapat banyak perantauan banyak memilih untuk jualan makanan. Sementara pribumi seperti orang-orang betawi lebih memilih untuk menyewakan rumah kos-kosan.

Kembali ke kegiatan Bright Care Community. Kami ingin Kabupaten Karanganyar maju. Pertama yang ingin kami bantu bangun adalah Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Indeks). HDI (setahu saya) ada tiga unsur yakni pembangunan pendidikan, pembangunan kesehatan, dan pembangunan ekonomi. Itulah mengapat kegiatan komunitas kami berkutat pada tiga hal di atas.

Untuk membangun indeks pendidikan, kami mengadakan kegiatan yang sifatnya membangun softskill. Diantaranya adalah menyelenggarakan outbound untuk anak-anak. Kenapa anak-anak? Karena anak-anaklah karakternya mudah dibentuk. Outbound itu sifatnya beajar dengan bermain. Sedangkan anak-anak itu memang masa-masanya untuk bermain. Outbound dapat membangun karakter untuk menjalin kerjasama, inisiatif, kreativitas, dan pribadi unggul lainnya. Kami bekerjasama dengan KASKAGAMA (Komunitas Mahasiswa Karanganyar Universitas Gajah Mada) dan Ikatan Mahasiswa Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Kabupaten Karanganyar (IMAKA STAN).

Kemudian untuk membangun indesk kesehatan, kami mengadakan penyuluhan kesehatan dan pengobatan gratis. Diantara penyuluhan kesehatan adalah mengenai kesehatan gigi. Kami telah bekerjasama dengan Fakultas Kedoktaren Gigi (FKG UGM). Mengenai pengobatan/pemeriksaan kesehatan gratis, kami mempercayakan kepada Bulan Sabit Merah Indonesia Surakarta (BSMI Surakarta). Mereka telah menunjukkan kinerja dan dedikasi yang luar biasa untuk membantu kegiatan kami.

Kemudian untuk membangun ekonomi, kami mengadakan pelatihan wirausaha serta pembagian sembako. Pelatihan wirausaha ini merupakan salah satu cara kami membuka mindset para pemuda desa untuk lebih dapat mengembangkan kreativitas dalam membuka usaha. Tidak semua orang akan menjadi petani dan tidak semuanya akan jualan di kota-kota besar. Harus ada orang-orang yang menjadi juragan di desa dan menyerap tenaga kerja di sana. Pengangguran adalah salah satu masalah utama di desa-desa. Kami mendapatkan dukungan dari Komunitas Tangan di Atas (TDA) dan LPPM UNS Surakarta. Mereka pun bersedia untuk menyediakan asistensi dalam pengembangan wirausaha di desa.Ke depan, Bright Care Community ingin mengukuhkan diri sebagai organisasi resmi yang memiliki sasaran jangka panjang dan menengah. Kami ingin program kerja kami berkelanjutan untuk menyokong pembangunan Kabupaten Karanganyar secara berkesinambungan. Oleh karena itu, kami ingin menjalin kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat karena tidak ada hal besar yang bisa dilakukan sendirian. (SDSW)

Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan (Anies Baswedan, founder Indonesia Mengajar)





Siko Dian Sigit Wiyanto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar